A New Life
Hari ke 365 (atau ke 366?)
Entahlah, itu tak lagi penting. Yang jelas ini adalah hari terakhir di bulan Desember. Hari terakhir di tahun 2011.
Entahlah, itu tak lagi penting. Yang jelas ini adalah hari terakhir di bulan Desember. Hari terakhir di tahun 2011.
Dalam hitungan jam, gema suara terompet akan membeludaki udara, beradu dengan gebyar kembang api yang membuncah seakan ingin membakar langit. Tahun yang baru. Betapa momentum dan sakralnya detik itu, hingga sebagian orang seolah berdosa jika tidak merayakannya. Dan saya? Hmm... saya bingung menjawab. Atau barangkali punya banyak jawaban?
Entahlah, itu tak lagi penting. Yang jelas saya pun seperti mereka, berdebar-debar
menyambut pergantian hari, bulan, tahun.
2012. Akan ada apakah di sana? Segudang teka-teki tentu melambung dari banyak benak, tak pula ketinggalan saya. Terlalu banyak kisah yang telah saya lalui di tahun 2011, terlalu banyak kepahitan hingga rasanya saya mual dan ingin muntah, terlalu banyak perenungan, dan tentunya terlalu banyak kebahagiaan yang saya impikan dan saya doakan dalam setiap komunikasi yang terjalin antara saya dan Tuhan.
Saya ingin ada perubahan, seperti pun semua orang di dunia ini. Saya ingin kepahitan di tahun 2011 tak akan terulang di tahun depan, atau paling tidak kepahitan itu terkurangi. Dan terutama, saya ingin kebahagian-kebahagiaan yang menjadi ekspektasi saya dapat mewujud satu per satu di tahun yang telah berganti baru.
Oke, saya rasa cukup, saya tidak ingin kelamaan curhat dan menciptakan kebosanan. Barangkali akan jauh lebih indah jika saya membicarakan tentang euforia yang senantiasa menjejali malam tahun baru. Malam nanti.
Saya sependapat bahwa pergantian tahun layak dirayakan. Tapi menurut saya tidak harus, apalagi wajib. Alangkah baiknya jika pergantian tahun diisi oleh ajang evaluasi diri, perencanaan masa depan, dan deretan impian baru. Jujur, nanti malam saya hendak mencoba berkontemplasi, mengeja dan membaca apa-apa saja kekeliruan saya di tahun 2011 ini (yang pastinya banyak sekali). Saya pun hendak menyusun struktur rencana, apa-apa saja yang akan saya lakukan di tahun mendatang. Tak ketinggalan, dalam hati saya hendak mengukir mimpi-mimpi baru (dan yang ini pastinya jauh lebih banyak).
Mungkin saya terkesan aneh, sok bijak, atau entahlah apa sebutannya. Tapi hal-hal di atas, menurut saya, adalah hal-hal krusial yang layak ditindakkan, harus, bahkan wajib. Akan memberi manfaat? Tentu. Tapi jika pun tidak, dengan begitu, minimal kita telah terjelma menjadi manusia dewasa. Menghiasi pergantian tahun tidak semata-mata dengan raungan terompet dan ledakan kembang api. Ada yang lebih bermakna ketimbang melakoni ritual-ritual itu, dan barangkali dapat membantu kita dalam upaya menggapai takdir yang baru. Kehidupan baru.
Namun meski demikian, bukan berarti saya membenci suara terompet dan mengantipati kembang api. Saya suka keduanya, lebih-lebih kembang api. Saya terkagum-kagum setiap kali letupan kembang api menghiasi angkasa hitam, takjub pada gemuruh bunyi yang diseruakkannya, dan nuansa yang timbul karenanya. Dan mudah-mudahan, malam ini langit tidak meluruhkan hujan, supaya saya bisa menyaksikan eloknya percik kembang api... jika tetangga saya menyalakannya :D
Anyway, sepertinya tahun depan akan jadi hidup yang benar-benar baru untuk saya, karena kemarin malam, sekitar pukul satu kurang, novel saya selesai. Huf. Saya bahagia dan puas. Dan sekalipun naskah panjang itu masih perlu direparasi, diedit sana sini, setidaknya saya sudah punya tabungan untuk mewujudkan mimpi-mimpi saya, tapak demi tapak.
Dan sekarang, walau tidak ada lawan bicara dan tak pula ada yang mendengar, tetap saya ingin mengucapkan: selamat menyambut tahun baru, semoga di tahun depan kita mendapat karunia yang lebih gigantis dibanding tahun yang sudah-sudah.
Dan semoga kita lebih pandai bersyukur.
Cheers... :)
*Catatan 31 Desember 2011.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar